KEDENGKIAN (HASAD)
(Berkatalah Syaikh
‘Abdul Qadir al-Jailani)
Waspadalah terhadap kedengkian (hasad), sebab sungguh ia adalah teman yang buruk. Kedengkianlah
yang telah menghancurkan rumah iblis, yang menghancurkan dirinya, yang
menjadikan dirinya sebagai salah satu penghuni Neraka, dan yang telah
menyebabkan dia dikutuk oleh Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahaagung serta oleh para
malaikat, nabi-nabi dan semua mahluk-Nya.bagaimana orang yang berakal sehat
bisa memendam rasa dengki, padahal dia telah mendengar firman Allah SWT:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۚ
وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍۢ دَرَجَٰتٍۢ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم
بَعْضًۭا سُخْرِيًّۭا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌۭ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Kami telah membagi-bagikan di
antara mereka penghidupan mereka
dalam kehidupan di dunia ini (QS 43: 32).”
أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ
مُلْكًا عَظِيمًا
“Ataukah mereka dengki kepada
manusia dikarenakan apa yang telah
Dilimpahkan Allah kepada mereka dari
karunia-Nya? (QS 4: 54).”
Tentunya dia juga telah mendengar ucapan Nabi saw. :
“Kedengkian memakan pahala kebaikan, sebagaimana api memakan kayu
bakar”
Wahai anak muda! Seperti
dikatakan para ulama yang berilmu:
"Demi
Allah, sekali seseorang dirasuki kedengkian, niscaya dia akan melangkah jauh
dengan membunuh sahabatnya". marilah
kita berlindung kepada Allah yang maha kuasa dan maha Agung dari orang yang
dirasuki dengki, sebab dia selalu terlibat dalam perselisihan dengan-Nya,
tentang karya-Nya, tentang mahluk-mahluk-Nya dan tentang pembagian rezeki-Nya.
Aku berbicara kepada
kalian sebagai orang yang tidak terarik pada apa yang kalian miliki di
rumah-rumah kalian, pada barang-barang kalian, pada harta benda dan hadiah-hadiah
kalian. selama aku bersikap seperti ini, kalian akan memperoleh manfaat dari
kata-kataku, Insya’Allah Ta’ala. Selama si pembicara melihat kepada
serban-serban kalian, jubah-jubah kalian dan kantong-kantong kalian, kalian
tidak akan memperoleh manfaat dari apa yang dikatakanya. Selama dia memandang
asap kalian (yakni, penampilan lahiriah kalian) dan memendam harapan-harapan
dari kalian dengan rakus, maka kalian tidak akan memperoleh manfaat dari apa
yang dikatakanya. Pembicaraanya akan merupakan cangkang kosong tanpa isi di
dalamnya, tulang tanpa daging yang melekat padanya, pil pahit tanpa sesuatu
yang memaniskanya, suatu bentuk luar tanpa isi yang terkandung di dalamnya.
pembicaraan orang yang rakus dan berambisi tidaklah bebas dari kekacauan dan
penyelubungan. Dia tidak mampu menyuguhkan kebenaran. Pembicaraanya hanyalah
kalimat-kalimat tanpa kandungan isi. Orang yang berambisi rakus (Tamak) adalah kosong seperti ambisiitu
sendiri, sebab semua huruf dalam (kata arab) tama’ adalah kosong huruf tha’, mim dan’ain (semuanya memiliki bentuk kosong sebagaimana huruf-huruf itu
ditulis dalam tulisan Arab).
Wahai hamba-hamba Allah, kalian
harus mengucapkan kebenaran, sebab hanya dengan itu kalian akan mencapai
keberhasilan. Orang yang jujur (shadiq) akan
selalu menepati kata-katanya. Seseorang yang jujur dalam mengukuhkan Tauhid
kepada Allah tidak akan tunduk kepada nafs-nya, yang jujur tidak akan mendengarkan ocehan-ocehan yang tolol, yang tidak dapat
menemukan jalanya kedalam telinganya. Jika seseorang berkata benar ketika dia
mengaku mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya dan orang-orang saleh diantara
hamba-hamba-Nya, maka dia tidak akan berbicara seperti orang munafik yang
menjijikkan dan tak berdaya. Orang yang jujur selalu sadar (tentang apa yang
benar dan apa yang palsu), sementara seorang pendusta tidak mengetahui perbedaan tersebut.
Aspirasi seorang yang benar (shadiq) menjulang
tinggi ke Langit. Dia tidak dipengaruhi secara buruk oleh apapun yang dikatakan
oleh siapapun. Allah Yang Mahakuasa dan Mahaagung mengendalikan
urusan-urusanya. Jika Dia menghendakimu untuk suatu urusan, Dia membuatmu siap
untuk itu.
Wahai anak muda! Jika engkau
memiliki buah ilmu dan berkahnya, niscaya engkau tidak akan berlari ke
pintu-pintu para raja (penguasa) untuk memuaskan nafsu rendahmu dan
keinginan-keinginanya. Orang yang berilmu (‘alim)
tidak mempunyai kaki untuk berlari ke pintu mahluk-mahluk. Orang yang zuhud
(zahid) tidak mempunyai tangan untuk
mengambil barang-barang milik manusia. Pecinta Allah yang Mahakuasa dan
Mahaagung tidak mempunyai mata untuk memandang selain-Nya. Bahkan seandainya ia
bertemu dengan seluruh mahluk yang ada, pencinta yang sejati dalam cintanya
tidak akan merasa senang memandang mereka. Dia hanya memandang Sang Kekasih
saja. Dunia ini tidak penting di matanya, Akhirat tidak penting di hatinya, dan
bagi mata nurani terdalam ( sirr )-Nya
tak ada suatupun yang penting selain Mawla-Nya.
Wahai anak muda! Gunakanlah akal
sehatmu! Engkau sedang tersesat. Kebanyakan dari kalian akan mengikuti siapapun
yang membuat suara atau teriakan-teriakan. Apa yang dikatakan oleh kebanyakan
pembicara datang dari lidah-lidah mereka, bukan dari hati mereka. Suara-suara
yang dibuat oleh orang munafik datang dari lidah dan kepalanya, sedangkan
suara-suara yang dibuat oleh orang yang jujur datang dari hati dan wujud
terdalamnya (sirr). Hatinya berada
dipintu Tuhanya Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, sedangkan wujud terdalamnya
memasuki hadirat-Nya. Dia terus berteriak-teriak di pintu itu sampai dia masuk
kedalam rumah. Engkau pendusta, demi Allah, dalam semua keadaan dan kondisi!
Engkau tidak mengenali jalan ke pintu Allah SWT. Jadi, bagaimana engkau bisa
menunjukkanya? Engkau buta; jadi, bagaimana engkau bisa membimbing orang lain?
Engkau telah dibutakan oleh hawa nafsumu dan kecenderungan biologismu, dengan
mengikuti nafs-mu dan dengan cintamu
kepada dunia ini, oleh kedudukanmu yang terkemuka dan keinginan-keinginanmu.
Celakalah engkau! Engkau sangat
ingin tinggal di dunia ini selama-lamanya, tetapi tak ada sesuatupun yang jatuh
ke tanganmu sampai saat ketika engkau lebih mementingkan shalat pada urusan
kedaimu; sampai saat ketika engkau lebih mementingkan akhirat daripada
kepentingan-kepentingan duniamu ; sampai saat ketika engkau lebih mementingkan
Sang Pencipta (Khaliq) daripada
mahluk-mahluk-Nya (khalq); sampai
saat ketika engkau lebih mengutamakan sang pengemis daripada dirimu sendiri;
sampai saat ketika engkau memberikan prioritas kepada pelaksanaan perintah-perintah Allah SWT,
menjauhi larangan-larangan-Nya, dan menghadapi dengan sabar bencana yang datang
dari-Nya, alih-alih memberikan prioritas kepada keinginan-keinginan nafsumu dan
kebiasaanmu; sampai saat ketika engkau mendahulukan tanggapanmu kepada-Nya
daripada tanggapanmu kepada mahluk-mahluk-Nya.
Gunakanlah akal sehatmu! Engkau
tenggelam dalam angan-angan yang sia-sia, hampa dari kebenaran, baik lahir
maupun batin. Engkau terlibat dalam public
show tanpa kehidupan pribadi. Datanglah lebih dekat kepadaku, sementara
dosa-dosa dan kemaksiatan masih berada pada wujud lahiriahmu, sebelum semua itu
mencapai hatimu dan mengendap di situ. Pengendapan itu akan terus berlanjut dan
berkembang menjadi kekufuran.
Jagalah milikmu yang sedikit
itu, dan jumlah yang lebih banyak akan menyusulmu. Mengutip sabda Nabi saw :
“Orang
yang bertobat dari dosanya adalah seperti orang yang belum pernah melakukan
dosa, bahkan jika dia mengulangi (proses berdosa dan bertobat) itu tujuhpuluh
kali sepanjang hari.”
Jika
engkau memperhatikan nasihat Rasul, mempraktikan kata-katanya, dan menjalin
hubungan yang baik denganya dengan cara mengikuti jejak langkah para
sahabatnya, engkau akan menjadikan hatimu lebih dekat kepada Tuhanmu Yang
Mahakuasa dan Mahaagung dan mendengar pembicaraan-Nya.
Guru kita Musa a.s. datang
kepada kaumnya dengan membawa Taurat, di mana tercatat perintah-perintah dan
larangan-larangan (TUHAN). Tetapi mereka berkata Kepadanya: “ Kami tidak mau
menerima ini darimu sampai kami melihat wajah Allah dan mendengar
pembicaraan-NYA” maka Musa lalu mengatakan kepada mereka: “ Dia tidak
mengizinkan aku melihat wajah-Nya; jadi, mengapa Dia akan mengizinkan kalian
melihat-nya?” Kemudian mereka berkata kepadanya: “Jika engkau tidak mau mengizinkan
memperlihatkan wajah-Nya kepada kami, dan jika engkau tidak mau mengizinkan
kami mendengarkan pembicaraan-Nya, kami tidak mau menerima Firman-Nya.” Pada
titik ini Allah Yang Mahakuasa dan Mahaagung mewahyukan kepada Musa a.s.
“katakanlah kepada mereka bahwa, jika mereka ingin mendengar pembicaraan-Ku,
mereka harus berpuasa selama tiga hari. Mana kala hari ke empat telah tiba,
mereka harus menyucikan diri dan memakai pakaian yang bersih. Kemudian bawalah
mereka besertamu agar mereka bisa mendengar pembicaraan-Ku.” Musa
memberitahukan hal ini kepada mereka dan
merekapun melakukan apa yang diperintahkan itu. Kemudian mereka datang ke
tempat di gunung dimana Musa bisa berbicara dengan Tuhanya. Dari antara kaumnya
dia memilih tujuh puluh orang dari para ulama dan zahid mereka yang saleh.
Maka, kebenaran Yang Mahakuasa
dan Mahaagung lalu berbicara kepada mereka dan mereka semua tersungkur pingsan
seperti disambar gledek, dan hanya Musa a.s. saja yang masih sadar. Ketika
Allah menghidupkan mereka kembali, mereka berkata: “ kami tidak mampu mendengar
pembicaraan Allah ; jadi, engkau harus menjadi perantara antara kami dengan
Dia,” Allah kemudian berbicara kepada Musa s.a., dan dia menyampaikan kepada
mereka dan mengulangi kata-kata-Nya kepada mereka. Musa mampu mendengar
pembicaraan-Nya hanya karena kekuatan imanya dan realisasi (tahqiq) ketaatan dan penghambaanya, sementara mereka tidak mampu
memberikan perhatian kepada-Nya karena kelemahan iman mereka. Seandainya mereka
mau menerima dari Musa a.s. apa yang dibawanya kepada mereka dalam Taurat, dan
menaatinya berkaitan dengan perintah-perintah dan larangan-larangan (Tuhan),
belajar berprilaku selayaknya dan tidak tergesa-gesa dalam apa yang mereka
katakan, niscaya mereka akan mampu mendengar
Pembicaraan Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung.
Engkau
harus berjuang dengan sepenuh kemampuanmu dalam menaati Mawla-mu. Engkau harus melakukan setiap upaya untuk memberi kepada
orang-orang yang tidak mau memberi kepadamu, menghubungkan tali silaturrahmi
dengan orang-orang yang memutuskanya denganmu, dan memaafkan mereka yang
menzalimimu. Engkau harus melakukan setiap upaya untuk memastikan bahwa,
sementara matamu berada bersama dengan hamba-hamba Tuhan, hatimu bersama dengan
Tuhanya hamba-hamba itu. Engkau harus melakukan setiap upaya untuk memastikan
bahwa engkau selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah berdusta. Engkau
harus melakukan setiap upaya untuk memastikan bahwa engkau selalu tulus dan
tidak pernah bersikap munafik.
Lukman al-hakim (semoga Allah merahmatinya) seringkali berkata kepada anaknya : "Wahai anakku, janganlah kamu menyombongkan diri kepada manusia.Celakalah engkau jika engkau kelak bertemu dengan Allah swt.sementara hatimu tidak berharga!"
Janganlah engkau menjadi orang yang bermuka dua, berlidah dua dengan dua macam perilaku, yang satu untuk berhubungan dengan si fulan dan yang lain untuk berhubungan dengan orang yang lain. aku bisa memastikan kepadamu bahwa aku telah diberi wewnang untuk berurusan dengan setiap munafik yang pendusta dan Dajjal. aku telah diberi kekuasaan untuk berurusan dengan setiap orang yang bersalah karena tidak taat kepada Allah swt, yang terpenting di antaranya adalah Iblis dan yang paling remeh adalah pendosa yang biasa (
fasiq). Aku memerangimu dan memerangi setiap orang yang sesat, yang menyesatkan orang lain, bahwa apa yang palsu itu adalah yang benar. untuk memperoleh bantuan dalam perjuangan ini aku mengucapkan (kata-kata Nabi saw.) :
La hawla wala quwwata illa billahil aliyil azhim
(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang maha tinggi lagi maha agung)
Kemunafikan
(nifaq) telah bersemayam dengan kukuh dalam hatimu. engkau perlu menyerahkan kehendak hatimu, bertaubat dan memutuskan tali yang menghubungkan dirimu dengan kekufuran
(qath az-zunnar) . gunakanlah akal sehatmu! engkau akan melihat dengan jelas begitu debu telah tersapu bersih dari matamu.
Dan kamu pasti akan tahu kabar beritanya (yakni kebenaran masalahnya) sebentar lagi (QS 38:88)
Jika seseorang mendengar apa yang ku katakan, mempraktikanya dan melakukanya dengan tulus, maka dia akan menjadi orang-orang yang dekat (denganTuhan), sebab apa yang kukatakan itu adalah isi (
lubb) yang tidak mengandung cangkang luar.
Celakalah engkau! Engkau
mengaku mencintai Allah, tetapi engkau mengapdikan dirimu kepada orang lain dengan
hatimu. Karena Majnun betul-betul tulus dalam cintanya kepada Laila, maka
hatinya tidak pernah memperhatikan siapapun selain Laila. Pada suatu hari dia
bertemu dengan beberapa orang dan mereka bertanya kepadanya : “dari mana engkau
datang?””dari bersama Laila,” jawabnya. Kemudian mereka bertanya lagi kepadanya
: “kemana engkau hendak pergi sekarang?””kepada Laila, “jawabnya. Ketika hati benar-benar tulus
dalam cintanya kepada Allah Yang Mahakuasa, maka ia menjadi seperti musa ketika
Allah berfirman mengenai dia :
Dan kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau
menyusuinya sebelum itu (QS 28: 12).
Engkau tidak boleh berdusta,
sebab engkau tidak punya dua hati; tidak, hatimu hanya satu, dan manakala ia
dipenuhi satu hal, maka ia tidak bisa menampung sesuatu yang lain. Allah Yang
Mahakuasa dan Mahaagung telah berfirman :
Allah tidak menjadikan bagi seseorang manusia dua hati didalam dadanya
(QS 33: 4).
Sebuah hati yang mencintai
baik Sang Pencipta maupun mahluk-mahluk-Nya bukanlah hati yang sehat. Sebuah
hati yang berisi dunia dan juga akhirat bukanlah hati yang sehat. Orang yang
bodoh terhadap Allah mungkin saja bersikap sombong dan bertindak munafiq,
tetapi orang yang memiliki pengetahuan pengetahuan tentang-Nya tidak akan berperilaku
seperti itu. Orang yang bodoh dan tolol mungkin akan tidak menaati Allah,
tetapi orang yang cerdas akan taat kepada-Nya. Orang yang dirasuki kebencian
mungkin akan membangkang kepada-Nya, tetapi sang pencinta akan selalu taat
kepada-Nya. Orang yang bergairah mengumpulkan harta dunia mungkin akan bersikap
sombong dan pamer dan berperilaku munafik, tetapi orang yang hanya memiliki
sedikit pengharapan (terhadap dunia) tidak akan bertindak seperti ini. Orang
yang lupa akan maut mungkin akan bersikap pamer, tetapi orang yang ingat kepada
maut tidak akan salah dengan bermewah-mewahan. Orang yang alpa mungkin akan
bersikap pamer, tetapi orang yang sadar tidak akan berperilaku
bermegah-megahan. Wali-wali Allah memiliki seorang penjaga yang membangunkan
mereka dan seorang guru yang mengajar mereka. Tuhan memperlengkapi mereka
dengan sarana-sarana untuk memperoleh pengetahuan. Sebagaimana Nabi saw. Telah
:
“Bahkan jika seorang beriman
(mu’min) berada diatas puncak gunung, Allah akan menyediakan baginya seorang guru
untuk mengajarnya.
Janganlah engkau meminjam
kata-kata orang yang saleh dan kemudian mengucapkanya dengan berpura-pura bahwa
kata-kata itu adalah kata-katamu sendiri! Peminjaman tersebut tidak akan di
sembunyikan. Engkau harus berpakaian dengan pakaian milikmu sendiri, bukan
dengan pakaian yang engkau pinjam. Tanamlah kapas dengan tanganmu sendiri,
siramilah dengan tanganmu sendiri dan peliharalah dengan upayamu sendiri,
kemudian tenunlah dan jahitlah, kemudian pakailah. Janganlah engkau merasa gembira
dengan milik orang lain dan pakaian orang lain. Jika engkau mengambil kata-kata
orang lain dan mengucapkanya, dengan berpura-pura bahwa kata-kata itu adalah
kata-katamu sendiri, maka hati orang-orang saleh akan membencimu. Jika engkau
tidak punya amal untuk diperlihatkan kepada orang, engkau tidak punya apa-apa
untuk dikatakan. Hal yang pokok adalah amal perbuatan. Sebagaimana Allah Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung telah berfirman :
Masuklah kedalam surga disebabkan oleh apa yang telah kamu perbuat (QS
16: 32)
Wahai anak muda! Janganlah
engkau membuat bosan para malaikat dengan banyak kata-kata tentang sekadar
angan-angan dan hal-hal yang tak ada substansinya. Hati (seorang beriman
sejati) harus merasa takut kepada Tuhan yang Mahabenar, sebab anggota-anggota
badan dan organ-organ tubuhnya akan takut kepada-Nya (pada hari Kebangkitan).
Lidah nya akan bisu dan hatinya akan beku karena takut kepada-Nya, dan
anggota-anggota badan dan organ-organ tubuhnya pasti juga akan beku. Engkau
harus membuat para malaikat merasa nyaman dan engkau harus berhenti dari
beromong-kosong. Jika tidak, maka dosa-dosamu akan ditumpuk-tumpuk tanpa henti.
Jika engkau terus berbicara tanpa menyadari apa yang engkau katakan, engkau
tidak akan bisa mengetahui apakah kata-katamu akan mendatangkan kebaikan
kepadamu ataukah justru akan mencelakakanmu. Engkau harus sadar akan maut.
Tidak ada jalan bagimu untuk lolos dari kematian. Engkau harus berhenti
bergunjing dan memberikan perhatian kepada hal-hal yang bukan urusanmu. Engkau
harus memendekan harapan-harapanmu (terhadap dunia) dan mengurangi ambisi
rakusmu, sebab engkau akan segera mati. Kematianmu mungkin akan datang ketika
engkau masih duduk disini. Ia mungkin akan datang saat engkau berdiri. Engkau
mungkin akan dibawa pulang kerumahmu dengan keranda.
Orang beriman sejati akan
mengawasi dan menegur diri rendahnya (nafs).
Manakala ia dikenai rasa sakit dan penderitaan, dia akan berkata kepadanya :
“aku telah memberimu nasihat yang baik tetapi kamu tidak memperhatikan nasihat
yang kuberikan kepadamu. Aku telah memberikan banyak peringatan kepadamu! Wahai
nafsu yang jahil, Wahai nafsu yang kafir, Wahai musuh Allah!” jika seseorang tidak
bertindak sebagai khatib kepada diri rendahnya, maka dia tidak akan memperoleh
manfaat dari nasihat khatib manapun yang lain. Jika seseorang ingin memperoleh
keselamatan, dia perlu memberikan nasihat yang keras kepada diri rendahnya
sendiri. Dia harus mengajarinya mempraktikkan kezuhudan dan berjuang melawanya
terus menerus. Mempraktikkan kezuhudan berarti meninggalkan hal-hal yang jelas
diharamkan (mu harramat), kemudian
meninggalkan hal-hal yang meragukan (syubuhat),
kemudian meninggalkan hal-hal yang dibolehkan(muba hat), dan akhirnya meninggalkan hal-hal yang secara mutlak
dihalalkan (halal muthlaq) dalam
semua situasi dan kondisi, sampai tidak ada lagi yang tersisa untuk
ditinggalkan. Makna sejati zuhud adalah meninggalkan dunia ini, meninggalkan akhirat,
meninggalkan semua selera dan kesenangan badaniyah, menyerahkan eksistensi diri
sendiri (wujud), meninggalkan
pencarian terhadap keadaan-keadaan spiritual (a hwal) dan derajat-derajat spiritual (darajat), pencarian terhadap kemampuan-kemampuan kharismatik (karamat) dan kedudukan-kedudukan
spiritual (maqamat), serta segala
sesuatu selain Tuan dari semua tuan (Rabbul
arbab), sampai tidak ada lagi yang tertinggal selain Sang Pencipta Yang
Mahakuasa dan Mahaagung, Dzat yang merupakan tujuan akhir dari semua harapan
kita, Dzat yang kepada-Nya segala sesuatu akhirnya akan kembali.
Di kalangan teolog-teolog
Islam (mutakallimun) ada sebagian
orang yang lebih suka berbicara tentang hati (qalb) orang beriman, dan ada yang lebih suka membahas wujud paling
dalamnya (sirr), diri rendahnya (nsfs), hawa-nafsunya (hawa), setanya (syaithan), atau kebiasaanya (‘adah).
Si orang beriman merenung dengan tekun, baru berbicara. Orang munafik berbicara
dulu, baru kemudian merenungkan apa yang telah diucapkanya. Lidah orang beriman
berada dibelakang pemahamannya, sedangkan lidah orang munafik berada di depan
pikiran dan hatinya.
Ya Allah, masukkanlah kami
kedalam kelompok orang-orang beriman sejati, dan jangan masukkan kami kedalam
kelompok orang-orang munafik!
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan di
akhirat nanti, dan jagalah kami dari siksa neraka! (QS 2: 201).