<script data-ad-client="ca-pub-8935168707545027" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Syaikh Romli pernah berujar, "adapun tata cara dzikir jahry yaitu, hendaklah ketika membaca kalimah (لاَ) (maksudnya di awal lafadz laa ilahaa illallah) kata itu dihayati dengan memanjangkanya dalam pikiran seolah menariknya dari pusar sampai arah ubun-ubun.
Kemudian, ketika sampai pada kalimah (إِلٰهَ) penghayatan dalam pikiran tadi seolah-olah digiring ke arah kanan (persis pundak). Dan ketika sampai pada lafadz (إِلاَّاللّٰه) penghayatan tadi segera dipukulkan dengan keras ke hati sanubari paling dalam."
Tata cara berdzikir dengan kalimat laa ilaaha illallaah seperti itu tak lain agar kalimah yang mulia itu melewati keseluruhan Lathaif (perangkat-perangkat halus) pada diri insan. Tujuanya agar para santri yang berdzikir dengan kalimat tersebut ingat akan makna kalimat Laa ilaaha illallaah yang mulia itu. Dan kemudian para santri akan memahami bahwa, لَامَقْصُوْدَإِلاَّاللّٰهُ
Tidak ada sesuatu yang dijadikan tujuan, kecuali Allah semata.
Segala sesuatu selain Allah hanyalah ciptaan, tidak ada yang serupa dengan Allah. Hanya Allah lah yang berhak menyandang sifat-sifat kesempurnaan seperti abadi, kekal, dan tidak berubah oleh zaman, sebagaimana telah dijelaskan dalam "kumpulan" sifat-sifat wajib bagi Allah yang berjumlah 20. Allah juga maha suci dari sifat-sifat kekurangan yang disandang oleh mahluk. Sifat-sifat kekurangan pada mahluk itu adalah sifat mustahil bagi Allah yang juga berjumlah 20.
Pesan Syaikh Romli untuk orang-orang yang setia didalam dzikir ini, hendaklah mengharap-harap turunya rahmat dan anugerah Allah. Rahmat dan anugerah Allah yang turun itu tidak bisa dipaksakan sesuai "kemauan" dan nafsu seseorang, rahmat turun semata karena curahan dari sifat jaiz Allah.
Bagi santri-santri thariqah (penempuh jalan wushul), juga ada keharusan untuk menghadirkan "rupa" guru yang telah memberikan talqin dzikir. Dzikir nafi itsbat itu hendaknya juga diakhiri dengan lafadz:
سَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ رَسُوْلُاللّٰهِ صَلَّی اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Didalam masing-masing thariqah, sebenarnya ada tata cara lebih khusus dalam praktik dzikir ini. Akan tetapi, hal-hal tekhnis itu tidaklah layak di ungkap disini. Karena pada dasarnya, ulasan-ulasan penulis ini hanyalah sekedar "targhib al-khathir fi ath-thariq" atau sekadar bertujuan menyemangati hati manusia agar tertarik mengenal thariqah.
Demikian yang bisa saya tuliskan hari ini semogha bermanfaat di dunia maupun akhirat semoga bisa menambah kadar keimanan kita semua,
Billahi taufiq wal hidayah
WASSALAAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKAATUH.
<script data-ad-client="ca-pub-8935168707545027" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar